Thursday, May 04, 2006

Kebrutalan Massa

Senin, 1 Mei 2006 ratusan buruh memadati bunderan HI untuk memperingati hari buruh International dan penolakan terhadap revisi UU no. 13 Tahun 2003. Aksi berlangsung damai dan terkendali. Tetap tidak ada perubahan yang berarti.

Rabu, 3 Mei 2006 aksi unjuk rasa buruh kembali terjadi. Kali ini demonstrasi buruh yang dimotori oleh Serikat Pekerja Seluruh Indonesia berubah menjadi anarkhis. Ratusan ribu buruh didrop dengan menggunakan bis-bis besar kedepan Gedung MPR DPR. Pagar depan Gedung DPR MPR yang baru dibangun 1 bulan lalu dan menghabiskan dana tidak kurang dari 2 milyar roboh. Halte bis, pohon-pohon besar, pembatas jalan tol tidak luput dari kebrutalan massa. 14 polisi terluka akibat terkena lemparan batu. Lalulintas disekitar Jl Gatot Subroto lumpuh total. Diduga ada 14 buruh yang menjadi provokator. Saat itu situasi sangat tidak terkendali. Tuntutan yang mereka usung jelas berkaitan dengan penolakan revisi UU No. 13 tahun 2003 tentang ketenagakerjaan.

Saya jadi teringat dengan peristiwa Semanggi, peristiwa trisakti dan lainnya pada saat reformasi tahun 1998 lalu. Lengsernya pak Harto ke prabon juga akibat dari kebrutalan massa yang tidak terkendali.

Aksi unjuk rasa yang berulangkali terjadi membuat saya berfikir seakan-akan anarkhis merupakan jalan satu-satunya untuk suatu perubahan yang lebih baik di Indonesia. Ada fenomena apa dibalik ini? Mengapa diskusi yang dilakukan dengan wakil rakyat sering tidak ada titik temu? Kalau saja mereka yang duduk dibangku DPR yang notabene mewakili aspirasi rakyat benar2 melaksanakan tugasnya mungkin hal seperti ini tidak akan terjadi. Masih ingat belum lama ini gaji mereka naik 15 %, atau mungkin masih ingat beberapa wakil rakyat jalan-jalan ke luar negeri untuk melakukan studi banding tentang perjudian. Bahkan saya sendiri meragukan kinerja mereka. Mungkin terlalu subyektif penilaian saya.
Wallahualam bishowab